Powered By Blogger

Thursday, 7 April 2016

Perjalanan Hubungan Indonesia-Rusia





Indonesia-Rusia


Nama Indonesia sudah dikenal di Uni Soviet, lama sebelum Indonesia merdeka. Dalam buku yang dibuat oleh Prof Guber yang ditulis pada tahun 1933, Indonesia masih bernama Hindia Belanda, namun dalam buku itu telah tercantum nama Indonesia.
Bangsa Rusia yang saat inu masih bernama Uni Soviet, menyebut negara Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda dengan sebutan Indonesia, yang merupakan sebutan bangsa Hindia Belanda untuk bangsa mereka sendiri.
Pada Tahun 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, dan pada saat itu mulai ada negara-negara lain yang mulai mengakui kemerdekaan bangsa yang baru merdeka ini, salah satunya adalah Rusia. Untuk negara yang baru merdeka, mendapatkan pengakuan dari bangsa lainnya adalah hal yang snagat penting  dalam pergaulan antar bangsa/negara.

Pada saat agresi militer Belanda yang kedua, pasca Indonesia merdeka Negara-negara blok timur seperti Uni Soviet (Rusia), Ukraina, Belarus dan sekutu-sekutunya sangat mengecam keras tindakan Belanda tersebut, sedangkan blok barat seperti Inggris, Perancis, Amerika Serikat justru membiarkan atau mendukung negara anggota blok mereka yaitu Belanda.

Pada tahun 1948, Uni Soviet mulai membuka hubungan diplomatik untuk pertama kalinya dengan Pemerintah Republik Indonesia. Tercata Indonesia dan Uni Soviet (Rusia) pernah melakukan penandatanganan kesepakatan bersama di Praha
Namun  kesepakatan tersebut harur dibatalkan karena Indonesia mendapatkan tekanan keras dar Belanda. Sebab Belanda merupakan anggota blok barat, dikhawatirkan Indonesia akan bergabung dnegan blok timur, dan mendapat bantuan dari Uni Soviet untuk menyerang Belanda.

Pada tanggal 24 Desember 1949, Uni Soviet menerima pesan resmi dari Pemerintah Indonesia tentang hubungan Belanda-Indonesia, selanjutnya Menteri Luar Begeri Uni Soviet Andrei Vyshinsky mengiriman sebuah telegram kepada Perdana Menteri Indonesia saat itu Dr.Mohammad Hatta yang berbunyi :
Atas nama Pemerintah Uni Soviet, saya dengan hormat menginformasikan kepada anda, sejak pengakuan kedaulatan Republik Indonesia pada 27 Desember 1949 di Den Haag, Belanda, Pemerintah Uni Soviet memutuskan mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Republik Indonesia dan akan membangun hubungan diplomatik dengan Indonesia”

Dari telegram yang dikirimkan Pemerintah Uni Soviet tersebut, hubungan Indonesia-Rusia dimulai, namun pada tahap awal tersebut belum terjadi pertukaran duta besar dari masing-masing negara hingga tahun 1954, namun demikian hubungan tersebut terus berjalan, hingga akhirnya untuk pertama kalinya Presiden Republik Indonesia pertama berkunjung ke Uni Soviet.
Soekarno di Moskow

Pada tahun 1957, Ketua Dewan Tertinggi Uni Soviet (USSR Supreme Soviet) Klim Voroshirov berkunjung ke Indonesia. Pada akhir tahun 1950-an Indonesia berupaya meningkatkan perekonomiannya dan melakukan reformasi dan modernisasi angkatan bersenjatanya.



Pada tahun tersebut Jenderal A.H Nasution berangkat ke Amerika Serikat dengan membawa proposal agar mendapat bantuan mereformasi angkatan bersenjata Indonesia.
Namun AS, menolak permohonan Indonesia tersebut, sebab Amerika merupakan anggota blok barat, yang sama-sama dengan Belanda, apalagi Indonesia tengah konflik dengan Belanda pada saat itu, dan khawatir menggunakan senjata tersebut untuk menyerang Belanda.

Soekarno dengan petinggi Rusia

Setelah mendapatkan penolakan dari Amerika Serikat, Indonesia kemudian mengajukan permohonan bantuan kepada Uni Soviet, dan dari Uni Soviet, Indonesia tidak hanya mendapatkan apa yang dibutuhkannya saat itu, namun Uni Soviet juga memberikan ilmu-ilmu teknologi dan pengetahuan tentang militer, dan hasilnya saat itu Indonesia sudah memiliki senjata-senjata yang digunakan dari Perang Dunia II seperti  tank, pesawat tempur Tupolev, Mikoyan, dan Kapal Perang paling hebat yang dimiliki Indonesia yaitu KRI Irian Jaya yang digunakan untuk pembebasan Irian Jaya dari kekuasaan Belanda.

KRI Irian Jaya 

 Helikopter Mi-6 dan Mikoyan

Namun pada era keruntuhan Orde Lama, dan diganti dengan Orde Baru dibawah kekuasaan presiden ke II yaitu Soeharto yang berakhir pada tahun 1998, hubungan Indonesia-Rusia kurang harmonis, akibat Soeharto yang lebih dekat dengan blok barat yaitu Amerika Serikat dan sekutunya, akibatnya Indonesia harus meninggalkan peralatan perang bantuan Uni Soviet, beserta proyek-proyek yang dikerjakan bersama. Namun meskipun hubungan Uni Soviet mengalami penurunan, hubungan kedua negara ini tetap terjalin dengan baik.


Pasca runtuhnya Orde Baru hubungan Indonesia-Rusia kembali menghangat, hal itu dapat dilihat dimulai pada era pemerintahan Megawati Indonesia membeli Pesawat Tempur Sukhoi-27 dan Sukhoi-30, dan di era presiden Yudhoyono juga Pemerintah menggunakan Helikopter perang Mikoyan dari Rusia, dan Presiden Yudhoyono pernah berkunjung ke Rusia untuk melihat Kapal Selam Kilo Class.

Su-27 dan Su-30 TNI AU

Dan Kini di era pemerintahan Jokowi, hubungan Indonesia-Rusia terus meningkat, hal ini ditandai dengan pengerjaan proyek rel kereta api Kalimantan oleh Rusia, rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, dan yang terbaru adalah pilihan pembelian pesawat tempur Sukhoi-35 dari Rusia sebanyak satu skuadron oleh militer Indonesia, padahal produsen dari Swedia, Spanyol, Perancis, dan Amerika Serikat turut andil dalam menawarkan produk mereka.



Menarik untuk kita simak, bagaimana kelanjutan hubungan Indonesia dan Rusia, dan untuk masyarakat Indonesia sendiri jika ditanya lebih suka Amerika atau Rusia maka mayoritas masyarakat Indonesia lebih memilih Rusia, sebab kebaikan Rusia yang pernah diberikannya pada Indonesia di era Orde Lama, dan juga akibat embargo yang pernah Amerika Serikat lakukan pada Indonesia pada era Orde Baru akibat melakukan operasi militer yang dinamakan Operasi Serija di  terhadap pemberontak fretilin di Timor Leste, yang didukung Australia.

No comments:

Post a Comment