Indonesia-Rusia
Nama
Indonesia sudah dikenal di Uni Soviet, lama sebelum Indonesia merdeka. Dalam
buku yang dibuat oleh Prof Guber yang ditulis pada tahun 1933, Indonesia masih
bernama Hindia Belanda, namun dalam buku itu telah tercantum nama Indonesia.
Bangsa
Rusia yang saat inu masih bernama Uni Soviet, menyebut negara Indonesia yang
saat itu masih bernama Hindia Belanda dengan sebutan Indonesia, yang merupakan
sebutan bangsa Hindia Belanda untuk bangsa mereka sendiri.
Pada
Tahun 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, dan pada saat itu mulai
ada negara-negara lain yang mulai mengakui kemerdekaan bangsa yang baru merdeka
ini, salah satunya adalah Rusia. Untuk negara yang baru merdeka, mendapatkan
pengakuan dari bangsa lainnya adalah hal yang snagat penting dalam pergaulan antar bangsa/negara.
Pada
saat agresi militer Belanda yang kedua, pasca Indonesia merdeka Negara-negara
blok timur seperti Uni Soviet (Rusia), Ukraina, Belarus dan sekutu-sekutunya
sangat mengecam keras tindakan Belanda tersebut, sedangkan blok barat seperti
Inggris, Perancis, Amerika Serikat justru membiarkan atau mendukung negara
anggota blok mereka yaitu Belanda.
Pada
tahun 1948, Uni Soviet mulai membuka hubungan diplomatik untuk pertama kalinya
dengan Pemerintah Republik Indonesia. Tercata Indonesia dan Uni Soviet (Rusia)
pernah melakukan penandatanganan kesepakatan bersama di Praha
Namun kesepakatan tersebut harur dibatalkan karena
Indonesia mendapatkan tekanan keras dar Belanda. Sebab Belanda merupakan
anggota blok barat, dikhawatirkan Indonesia akan bergabung dnegan blok timur,
dan mendapat bantuan dari Uni Soviet untuk menyerang Belanda.
Pada
tanggal 24 Desember 1949, Uni Soviet menerima pesan resmi dari Pemerintah
Indonesia tentang hubungan Belanda-Indonesia, selanjutnya Menteri Luar Begeri
Uni Soviet Andrei Vyshinsky mengiriman sebuah telegram kepada Perdana Menteri
Indonesia saat itu Dr.Mohammad Hatta yang berbunyi :
“Atas
nama Pemerintah Uni Soviet, saya dengan hormat menginformasikan kepada anda,
sejak pengakuan kedaulatan Republik Indonesia pada 27 Desember 1949 di Den
Haag, Belanda, Pemerintah Uni Soviet memutuskan mengakui kedaulatan dan
kemerdekaan Republik Indonesia dan akan membangun hubungan diplomatik dengan
Indonesia”
Dari
telegram yang dikirimkan Pemerintah Uni Soviet tersebut, hubungan
Indonesia-Rusia dimulai, namun pada tahap awal tersebut belum terjadi
pertukaran duta besar dari masing-masing negara hingga tahun 1954, namun
demikian hubungan tersebut terus berjalan, hingga akhirnya untuk pertama kalinya
Presiden Republik Indonesia pertama berkunjung ke Uni Soviet.
Soekarno di Moskow
Pada
tahun 1957, Ketua Dewan Tertinggi Uni Soviet (USSR Supreme Soviet) Klim
Voroshirov berkunjung ke Indonesia. Pada akhir tahun 1950-an Indonesia berupaya
meningkatkan perekonomiannya dan melakukan reformasi dan modernisasi angkatan
bersenjatanya.
Pada
tahun tersebut Jenderal A.H Nasution berangkat ke Amerika Serikat dengan
membawa proposal agar mendapat bantuan mereformasi angkatan bersenjata
Indonesia.
Namun
AS, menolak permohonan Indonesia tersebut, sebab Amerika merupakan anggota blok
barat, yang sama-sama dengan Belanda, apalagi Indonesia tengah konflik dengan
Belanda pada saat itu, dan khawatir menggunakan senjata tersebut untuk
menyerang Belanda.
Soekarno dengan petinggi Rusia
Setelah
mendapatkan penolakan dari Amerika Serikat, Indonesia kemudian mengajukan
permohonan bantuan kepada Uni Soviet, dan dari Uni Soviet, Indonesia tidak
hanya mendapatkan apa yang dibutuhkannya saat itu, namun Uni Soviet juga
memberikan ilmu-ilmu teknologi dan pengetahuan tentang militer, dan hasilnya
saat itu Indonesia sudah memiliki senjata-senjata yang digunakan dari Perang
Dunia II seperti tank, pesawat tempur Tupolev,
Mikoyan, dan Kapal Perang paling hebat yang dimiliki Indonesia yaitu KRI Irian
Jaya yang digunakan untuk pembebasan Irian Jaya dari kekuasaan Belanda.
KRI Irian Jaya
Helikopter Mi-6 dan Mikoyan
Namun
pada era keruntuhan Orde Lama, dan diganti dengan Orde Baru dibawah kekuasaan
presiden ke II yaitu Soeharto yang berakhir pada tahun 1998, hubungan
Indonesia-Rusia kurang harmonis, akibat Soeharto yang lebih dekat dengan blok
barat yaitu Amerika Serikat dan sekutunya, akibatnya Indonesia harus
meninggalkan peralatan perang bantuan Uni Soviet, beserta proyek-proyek yang
dikerjakan bersama. Namun meskipun hubungan Uni Soviet mengalami penurunan,
hubungan kedua negara ini tetap terjalin dengan baik.
Pasca
runtuhnya Orde Baru hubungan Indonesia-Rusia kembali menghangat, hal itu dapat
dilihat dimulai pada era pemerintahan Megawati Indonesia membeli Pesawat Tempur
Sukhoi-27 dan Sukhoi-30, dan di era presiden Yudhoyono juga Pemerintah
menggunakan Helikopter perang Mikoyan dari Rusia, dan Presiden Yudhoyono pernah
berkunjung ke Rusia untuk melihat Kapal Selam Kilo Class.
Su-27 dan Su-30 TNI AU
Dan
Kini di era pemerintahan Jokowi, hubungan Indonesia-Rusia terus meningkat, hal
ini ditandai dengan pengerjaan proyek rel kereta api Kalimantan oleh Rusia,
rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, dan yang terbaru adalah
pilihan pembelian pesawat tempur Sukhoi-35 dari Rusia sebanyak satu skuadron oleh
militer Indonesia, padahal produsen dari Swedia, Spanyol, Perancis, dan Amerika
Serikat turut andil dalam menawarkan produk mereka.
Menarik
untuk kita simak, bagaimana kelanjutan hubungan Indonesia dan Rusia, dan untuk
masyarakat Indonesia sendiri jika ditanya lebih suka Amerika atau Rusia maka
mayoritas masyarakat Indonesia lebih memilih Rusia, sebab kebaikan Rusia yang
pernah diberikannya pada Indonesia di era Orde Lama, dan juga akibat embargo
yang pernah Amerika Serikat lakukan pada Indonesia pada era Orde Baru akibat
melakukan operasi militer yang dinamakan Operasi Serija di terhadap pemberontak fretilin di Timor Leste,
yang didukung Australia.
No comments:
Post a Comment